-
Kedatangan Portugis ke Indonesia dikenal dengan slogan 3G
*Glory: Mencari negara jajahan guna mengharumkan nama, kejayaan, dan kekuasaan.
*Gold: Mencari keuntungan dan hasil besar dalam perdagangan rempah-rempah
*Gospel: Tujuan agama dengan menyebarkan ajaran Nasrani.
Bangsa Portugis datang ke Indonesia dipimpin oleh Afonso de Albuquerque pada 1511, tepatnya di wilayah Malaka, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Maluku, yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. -
Serangan militer Aceh baru berhenti pada 1629, di mana armada lautnya mederita kekalahan besar di pelabuhan Malaka Portugis.
-
Ketika malaka jatuh ke tangan Portugis muncul solidaritas kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara seperti: Aceh, Palembang, Banten, Johor, dan Demak. Mereka bersekutu untuk melawan Portugis. Sultan Demak Raden Patah mengirim putranya Adipati Unus untuk menyerang portugis di Malaka.
Adipati Unus melakukan serangan pada tahun 1512 dan 1513. Dengan kekuatan tempur 100 Kapal Laut dan lebih dari 10.000 Prajurit. -
Kegagalan dan kekalahan serangan Adipati Unus disebabkan oleh · Persiapan yang tidak matang · Jarak terlalu jauh · Kalah persenjataan -
Bangsa Spanyol tiba di Maluku pada tahun 1521 di bawah pimpinan Sebastian del Cano. Armada Spanyol tiba di Sulawesi Utara dan mendirikan benteng di Manado. Upaya kolonisasi Spanyol dimulai dengan menjadikan Minahasa sebagai lumbung beras Spanyol dan memanfaatkan penduduk pribumi setempat dalam memperluas kekuasaannya. -
Latar belakang misi Spanyol di Minahasa adalah untuk menyebarkan ajaran Nasrani. Hal ini disambut baik oleh rakyat Minahasa, yang ditunjukkan dengan dibaptisnya Raja Siau bersama rakyat Minahasa serta adanya hubungan persahabatan antara Kerajaan Spanyol dengan rakyat Minahasa. Akan tetapi, itikad baik dari rakyat Minahasa serta niat kaum misionaris mereka dalam menyebarkan agama disalahgunakan dan tercoreng oleh ulah para tentara Spanyol yang bertindak sewenang-wenang.
-
Pesatnya perkembangan perdagangan Aceh mengakibatkan pada tahun 1523 dan 1524 portugis menyerang Aceh namun selalu mengalami kegagalan. Persaingan perdagangan antara Portugis dan Aceh berakhir dengan permusuhan. -
Perlawanan Fatahillah (1527-1570) Fatahillah yang disebut juga Faletehan, merupakan Panglima Pasukan Cirebon yang bersekutu dengan Demak dan berhasil menjadi penguasa Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis pada tanggal 22 Juni tahun 1527. Sunda Kelapa kemudian oleh Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527 diganti nama menjadi Jayakarta.
-
Adanya kesewenang-wenangan Portugis yang semakin memuncak, membuat rakyat Maluku melakukan perlawanan pada tahun 1565. Perlawanan rakyat Maluku dilakukan oleh rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Khaerun atau Hairun. -
Portugis melakukan kesewenangan-wenangan di Ternate. Banyak sikap-sikap portugis yang tidak disenengi ternate seperti :
*Melakukan monopoli perdagangan
*Ikut camput tangan dalam pemerintahan
*Membenci pemeluk islam
*Sewenang-wenang terhadap rakyat
*Serakah dan sombong -
Akibat dari sikap tersebut setiap kehendak Portugis ditolak oleh Raja Ternate. Bahkan Rakyat ternate dipimpin Sultan Hairun bekerja sama dengan Tidore untuk melawan Portugis. Perlawanan ini membuat Portugis terdesak dan meminta bantuan Malaka. Pasukan dari malaka datang dengan dipimpin oleh Antonio Galvao. Pasukan ini berhasil mengalahkan ternate dan menduduki ternate selama 4 Tahun. -
Pada tahun 1565 M Portugis semakin terdesak dan harus menjalankan perundingan.
Perundingan antara Portugis dan Ternate mulai berjalan. Akan tetapi dalam perundingan tersebut Sultan Hairun dibunuh secara licik -
Berkat kekayaan rempah-rempahnya, Kepulauan Maluku menjadi incaran bangsa Barat sejak lama. Orang Eropa pertama yang berhasil mencapai Maluku adalah bangsa Portugis, yang datang pada 1512 M. Meski pada awalnya disambut dan memiliki hubungan baik dengan penguasa setempat, lambat laut hubungan Portugis dengan rakyat Maluku menjadi buruk. Perselisihan yang terjadi di antara kedua kubu bahkan terus memuncak dan memicu meletusnya perlawanan Maluku terhadap Portugis.
-
Kesultanan Aceh telah menyusun rencan mengusir Portugis seperti : *Melengkapi kapal dagang aceh dengan senjata, meriam dan prajurit
*Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan para ahli dari turki pada tahun 1567
*Mendatangkan bantuan persejataan dari kalikut dan jepara. -
Selain melalui medan pertempuran Aceh juga melakukan langkah-langkah lain sebagai berikut :
· Blokade perdagangan · Melarang wilayah kekuasaan Aceh menjual Lada dan Timah kepada Portugis Langkah-langkah ini tidak berhasil karena terdapat raja-raja daerah yang sembunyi-sembunyi menjual lada dan timah ke Portugis. -
Aceh melakukan penyerangan terhadap portugis di Malaka pada tahun 1568 M. Namun serangan ini mengalami kegagalan. -
Pada tahun 1569 M Portugis menyerang balik Aceh dan berhasil di gagalkan oleh Pasukan Aceh. -
Tebunuhnya Sultan membuat amarah rakyat Maluku berkobar. Rakyat ternate dengan dipimpin Sultan Baabullah memimpin perlawanan rakyat. Sultan Baabullah memusatkan penyerangan untuk mengepung benteng Portugis. Selama lima tahun orang portugis mampu bertahan di dalam benteng akan tetapi pada tahun 1575 karena kehabisan bekal orang-orang portugis menyerah. Kemudian Portugis menetap di Timor-timur -
Pada Tahun 1629 Aceh menggepur Portugis di Malaka. Serangan ini membuat portugis kewalahan. Namun serangan ini berhasil digagalkan. -
Terjadinya perang pertama terjadi pada tahun 1643 di Tompaso yang mengakibatkan 40 orang tentara Spanyol Tewas di Kali dan Batu. Sedangkan dipihak minahasa 9 orang tentara gugur dan Pasukan Spanyol berhasil dikejar. -
Perang antara rakyat Minahasa dengan Spanyol terjadi pada tahun 1644. Perang ini disebabkan oleh ketidaksenangan anak suku tombatu terhadap monopoli perdagangan beras yang dilakukan Spanyol. Selain itu rakyat sengsara akibat ketamakan dari orang Spanyol. Peperangan ini terjadi di daerah kali dan batu lesung dipimpin oleh Panglima Monde suami rati Oki sedangkan Spanyol dibantu oleh Raja Loloda Mokoagouw II -
Berkat Bantuan Residen VOC Hermans Jansz Steynkuler berhasil diadakan kesepakatan dama pada 21 September isi dari kesepakatan tersebut minahasa menguasai tompaso baru, Rumong Bawah dan Kawangkoan Bawah. Perlawanan terhadap bangsa Spanyol di Minahasa baru berakhir setelah VOC turut campur melerai pertempuran tersebut dan mengadakan kesepakatan damai pada 21 September 1694.